Air Terjun Kedunggupit

Sabtu, 14 Maret 2015

Kisah Renungan Arti Sebuah Kesabaran



https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
Kisah Renungan Arti Sebuah Kesabaran

Banyak anak – anak berusia remaja kurang memahami, kurang mengerti apa itu arti sebuah kesabaran ,because mereka masih labil dalam berfikir untuk mencerna suatu hal ego mereka yang masih di kedepankan, banyak buku or tutorial blog yang memuat banyak cerita kisah renungan or kisah insfirasi untuk kita bisa memahami.

Pada suatu sore saat langit cerah namun teduh, dengan angin bertiup semilir, di halaman sebuah rumah dengan taman penuh tanaman , seorang ayah yang telah lanjut usia dan anak laki - lakinya yang masih muda tampak sedang duduk dibangku taman bersantai sambil menikmati suasana sore.

Sedangkan sang anak asyik membaca koran, sedang sang ayah hanya diam memandangi tanaman ketika tiba-tiba seekor burung gereja hinggap di dahan tanaman, ia bertanya kepada anaknya,

Nak, apakah itu?

Setelah melihat sejenak kearahburung yang hinggap itu sang anak menjawab ringan,

Itu burung Gereja  yah, kemudian ia melanjutkan membaca koran.

Sang ayah melihat kearah burung itu lagi kemudian bertanya kembali,

Apa itu nak?

Sudah aku katakan burung gereja yah, jawab si anak dengan nada sedikit kesal.

Sang ayah masih memandangi burung gereja tersebut, yang tak lama kemudian terbang dan hinggap kembali di tanah disisi lain dari halaman tersebut dengan pandangan yang masih lekat pada burung itu kembali sang ayah bertanya,

Itu apa sih nak?

Burung gereja ayah . . burung gereja . . jawab sang anak yang kesal,G . . E. . R. . E. . J..A! lanjut sang anak sambil mengeja dengan marah.

Sang ayah yang masih ragu dengan penglihatannya yang mulai agak rabun, bertanya kembali,

Apakah itu?

Kali ini si anak benar-benar kesal dengan nada keras ia menjawab,

Mengapa ayah menanyakan ini terus - menerus? Bukankah sudah berulang kali kukatakan bahwa itu burung gereja . . tidak bisakah engkau mengerti!!

Mendengar hardikan  si anak, sang ayah yang merasa sakit hati kemudian bangkit dari duduknya untuk masuk ke dalam rumah.

Mau kemana? tanya sang anak.

Sang ayah tak menjawab hanya memberikan isyarat tangan yang berarti " sudahlah, dan melanjutkan langkahnya ke dalam rumah dengan langkah gontai dan hati yang sedih.

Sang anak biar kesal menyadari bahwa ia tidak sepantasnya membentak ayahnya yang telah lanjut usia tapi peristiwa tadi memang sungguh membuatnya kesal dan menghilangkan selera untuk meneruskan membaca koran.

Saat si anak masih termanggu, sang ayah kembali sambil membawa sebuah buku yang ternyata adalah buku hariannya sang ayah duduk kembali disebelah anaknya, sambil membolak-balik halaman buku seperti mencari sesuatu.

Setelah ketemu halaman buku  yang dicarinya ia sodorkan buku harian tersebut ke tangan anaknya, sambil menunjuk bagian yang ia ingin agar anaknya membacanya.

Sang anak menerima buku harian itu dan melihat bagian yang ditunjukkan oleh ayahnya sebelum ia mulai membaca ayahnya berkata,

Yang keras nak,  ia ingin agar anaknya membaca buku hariannya dengan suara yang dapat terdengar jelas.

Hari ini putraku yang paling kecil, yang 2 hari yang lalu genap berusia 3 tahun Sang anak mulai membaca,

Sedang duduk bersamaku di bangku  taman . . ketika tak lama kemudian ada seekor burung gereja yang hinggap dihadapan kami

Putraku bertanya hingga 25 kali padaku . . apakah itu?

Aku jawab sebanyak 25 kali sebanyak ia bertanya, bahwa itu adalah burung gereja

Aku selalu memeluknya dengan rasa sayang setiap kali ia bertanya dan mengulangi pertanyaannya

Sekali lagi dan lagi . .


Tanpa sedikitpun ada rasa kesal, karena ia adalah putra kecilku dengan wajah tanpa dosa dan dengan rasa ingin tahu nya sangat besar, aku malah merasa bahagia dan senang"

Sampai disitu si anak berhenti membaca, apa yang barusan dibacanya bukan hanya membuatnya menyadari kesalahannya, tapi membuatnya sungguh menyesal telah memperlakukan ayahnya seperti tadi.


Sang anak terdiam, lalu ia memandang ayahnya sejenak, dengan mata berkaca-kaca menahan tangis ia memeluk dan mencium kening ayahnya.

Meskipun tidak ada kata - kata apapun yang terlontar dari mulut anaknya, sang ayah tahu bahwa putra kesayangannya telah menyadari kesalahannya, ciuman dan pelukan eratnya adalah tanda permintaan maaf darinya sang ayahpun tersenyum bahagia suasana sore yang indah menjadi terasa semakin indah.

NB betapa seorang ayah ternyata memiliki kesabaran yang besar dalam mendidik dan membesarkan anak - anaknya, semoga anda bisa terinspirasi menjadi ayah yang sabar atau pun menjadi anak yang mau menghargai sosok seorang ayah yang sabar kasih sayang orang tua tak minta sebuah pamrih.


Refrensi :banyak blog...

0 komentar :

Posting Komentar