Aku Menulis Rinduku Semanis Moccacino |
Air Terjun Kedunggupit
Sabtu, 05 Desember 2015
Aku Menulis Rinduku Semanis Moccacino
Semalaman di kotaku di guyur hujan dingin dan sangat dingin, akhir akhir ini musim sudah mulai berubah, cuaca selalu mendung. ooo yaa aku seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Tuban, aku sering bolak balik tuban-bojonegoro yaa karena aku tinggal di bojonegoro. Bojonegoro kini sudah tambah ramai di setiap jalan yang aku lalui sudah banyak warung kopi, caffee, dan lain sebagainya untuk tempat berkumpulnya para anak anakmuda. yaa di sini di sebuah jalan dan tikungan aku menepikan kendaraanku karena aku lihat banyak anakmuda dan remaja memainkan hp dan sebagian membuka laptop.. dan di situ tertulis "welcome kpk 87 caffee", tempatnya si sangat sederhana dengan fasilitas WIFI sangat nyaman akurasa.
ok, dengan secangkir moccacino aku membuka laptopku aku mulai mengetik sepatah dua patah kalimat" Aku Menulis Rinduku Semanis Moccacino " dengan terbayang wajah seseorang yang dulu pernah lahir di kehidupanku... :( .dan tak lama rintik hujan jatuh..
Hujan selalu punya cerita.
Hujan itu romantis. Hujan bisa membuatmu jatuh cinta, tapi juga bisa membuatmu galau setengah mampus.
Hujan seakan memiliki tombol untuk kembali ke masa lalu. Hujan ternyata membuat senyumnya makin manis.
Aku kembali merasa sedang berada dalam bagian cerita itu. Sebuah kedai kopi, smooking room, dekat jendela. Sendirian. Seperti biasanya. Dia dengan kesendiriannya, di samping kanan ada ice cappucino, white choco almond dan sebatang Djarum Black dengan Abu memanjang, teronggok di asbak keramik yang mulai penuh.
Tak ada yang spesial sebenarnya. Ini sudah menjadi jadwalku setiap kali Ia datang. Datang ke kedai kopi bernuansa classic ini saat malam menjelang, kesendiriannya yang membuat mataku selalu menatap ke arahnya. Kadang hanya melamun, bengong, dan memainkan Blackberry di tangannya. Kemudian sisi yang lain di dalam kepalaku mengharapkan Ia menoleh ke arahku dan tersenyum padaku, meskipun di saat tatapan kami bertemu akupun membuang muka.
Tapi ini bukan cerita tentang jatuh cinta. Ini cuma tentang.., Yah.. Kalian bisa menyebutnya rindu. Aku sedang merindukan lelaki itu. Senyumnya, suaranya, tatapan matanya, bahu bidangnya, semuanya.
terkadang ada orang yang diam diam mengawasi tingkahku yang membuat pipiku sedikit merona. Dari jendela, hanya kulihat langit yang mulai gelap. Mungkin tak lama lagi hujan turun. Entah ada cerita apa lagi nanti. Aku masih bertahan di tempat ini dan belum ingin beranjak pulang.
Cerita pendek yang aku tulis dalam perjalanan antara tuban dan bojonegoro
di antara lurusnya jalan dan sebuah tikungan..