This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Air Terjun Kedunggupit

Selasa, 18 Agustus 2015

Lukisan Indah Di Pantai Remen Tuban




https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
Pantai  Remen Tuban

Lukisan indah di pantai remen tuban  Ini hanya cerita akan tetapi, andai ada kesamaan cerita buat para sobat aku mohon maaf. Aku hanya ingin memperkenalkan salah satu obyek wisata dari daerahku yaa.. pantai remen tuban, tepatnya pantai yang terletak di kecamatan Jenu Tuban ini salah satu obyek wisata unggulan dari daerah tuban  yang sangat eksotis  selain pantai Boom , pantai cemoro. ok aku mulai untuk sebuah cerita pendek .


Semburat merah keemasan di kaki langit mewarnai indahnya senja Pantai remen tuban. Vin duduk termenung di atas bongkahan tembok yang sekali-kali diterjang ombak kecil. Di sampingnya sosok tegap Mur (Fariel Mufidz )ikut terbuai dalam keindahan Pantai remen senja itu.

Keduanya membisu. Terhanyut dalam sentuhan imajinasi yang teramat romantis untuk dilukiskan sekedar dengan kata-kata.

"Vin, udah hampir malam. Pulang, yuk?!" Akhirnya Mur angkat bicara. Vin menoleh sejenak. Tersenyum. Sejurus kemudian, tatapannya kembali menerawang di atas hamparan laut biru. Enggan rasanya meninggalkan pantai ini. Mur berdiri, meraih tangan Vin dan mengajaknya pulang.

Ayo. Ntar mama kamu marah. Udah hampir malam begini kamu belum juga pulang."

Vin tersenyum, tak kuasa menolak tangan kekar Mur yang setengah memaksanya beranjak dari tempat itu. Pulang.

Berdua mereka menyusuri pantai sambil sesekali memungut kulit kerang dan melemparnya ke laut, menyisakan riak-riak kecil.

Vin sungguh menikmati kebersamaan ini. Meski dia sadar, tak pernah sekalipun terucap kata cinta di antara mereka. Terlalu prematur menjalin hubungan lebih dari sekedar sahabat. Ya, hanya sahabat. Itu sudah cukup bagi Vna. Walau sebenarnya dia sendiri tidak yakin mampu menepis kemungkinan yang lebih dari itu.

Mur adalah sahabat yang baik, juga kakak kelasnya yang paling banyak membantunya selama ini. Meskipun Vin baru mengenal Mur tiga bulan yang lalu, ia merasa cowok itu punya kharisma yang pantas dikaguminya.

Perkenalan yang teramat singkat namun berkesan bagi Vin. Mur tampil membelanya ketika ia datang terlambat saat orientasi penerimaan siswa baru di sekolahnya.

Kakak-kakak kelasnya yang melihat ekspresi gugup namun sangat polos di wajah imoet Vin, berebutan menjatuhkan vonis untuknya. Vin hanya bisa menatap satu-satu wajah mereka. Mata yang memelas memohon keringanan hukuman atas keterlambatannya malah membuat kakak-kakak kelasnya semakin bersemangat mengerjainya.

Tanpa sadar mata Vin berkaca-kaca. Dalam hati, perasaan sedih, takut, malu dan gugup menyatu dan melemaskan sendi-sendi ketegarannya. Ia hanya bisa tertunduk pasrah menikmati bentakan-bentakan kakak kelasnya. Terasa sakit sekali!

"Semua bubar. Biar aku yang mengurusnya!" Sebuah suara tegas penuh wibawa menghentikan eksekusi tak berbelaskasihan itu. Suara milik Mur, Ketua OSIS yang kini berdiri tegak di hadapan Vin.

"Nama kamu Vin Rachmawaty, kan? Hmm... Nama yang bagus. Aku panggil Vin aja ya?" Vin mengangkat wajahnya perlahan. Tetapi kembali tertunduk.

"Maaf, Kak. Vin terlambat." Akhirnya Vin berani membuka mulut. Sekilas ia menangkap dua kata yang tertera di atribut cowok itu, Fariel Mufidz.

"Ya sudah. Kamu boleh masuk. Tapi melapor dulu sama panitia dan tinggalkan atributmu di sana," Mur menunjuk beberapa siswa yang duduk menghadap meja di pintu aula sekolah. "Jangan lupa temui aku di ruang sekretariat OSIS pada jam istirahat."

"Terima kasih kak. Permisi!" pamit Vin sopan sambil dan beranjak meninggalkan Mur. Dalam hati ia berjanji suatu saat bisa membalas kebaikan Mur.

Tiga bulan berlalu, vin merasa sudah amat banyak yang berubah dalam dirinya sejak masuk SMU. Ia merasa semakin dewasa dan memiliki makna hidup yang lebih besar.

Kehadiran Mur walau hanya sebagai teman memberinya banyak peluang untuk terlibat dalam berbagai kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler di sekolah ini.

Entah kenapa Vin merasa aman dekat dengan Mur. Ia ingin Murlah orang pertama yang ikut merasakan suka dan dukanya. Teman berbagi yang bisa menemaninya saat ia sedih, tertawa dan menagis.

Selama ini, mamalah yang menaunginya. Membelainya dan memberinya arti tentang perjuangan untuk meraih semangat hidup. Sekarang ia sudah dewasa. Bahkan lebih dewasa dari teman seumurnya. Besok, tanggal 5 september, umurnya sudah tujuh belas tahun.

Untuk kesekian kalinya Vin mendesah. Tangan mungilnya masih sibuk menggerakkan sapuan kuas di atas kanvas. Sketsa yang tadi dibuatnya mulai dibentuk menjadi seraut wajah lelaki setengah baya persis seperti foto yang tergantung di dinding kamarnya. Foto papa!

Dua titik kristal bening menetes di pipinya. "Vin rindu papa, Entah kenapa Vin merasa papa belum meninggal seperti yang diceritakan mama. Akh andai Vin bisa melihatmu sekali saja. Vin akan senang, Pa. Vin nggak bakalan menuntut apa-apa lagi. Cukuplah kehadiran papa. Itulah harta yang sangat berharga. Vin sayang papa." Desahnya dalam hati.

Ditatapnya foto itu lekat-lekat. Mata yang begitu teduh. Sepertinya Vin pernah melihatnya. Bahkan teramat dekat baginya. Tapi siapa ya? Vin terus bertanya-tanya dalam hati.

"Lukisan yang bagus," Vin kaget. Ternyata mama sudah berdiri di ambang pintu tanpa disadarinya. "Vin belum tidur?"

"Belum ngantuk, Ma," Vin berusaha menyembunyikan perasaannya di depan mamanya. Ia ingin terlihat tegar.

"Tidurlah, sayang! Besok kamu masuk sekolah. Malu kan kalau masuk sekolah dengan mata sembab kayak gitu?" Vin hanya diam. Ditatapnya lekat-lekat mata mamanya, seakan mencari jawaban atas rasa penasarannya selama ini. Dan yang didapati hanya satu. Mama menyimpan satu rahasia yang tak ingin orang lain tahu. Bahkan Vin sekalipun.

"Vin boleh nanya sesuatu, ma?" Tanya Via perlahan. Sesaat mamanya terdiam. Tetapi kemudian mengangguk. "Apa benar papa udah meninggal?" Vin menatap wajah mamanya lekat-lekat.

"Vin pikir mama bohongin kamu?"

"Vin percaya kok sama mama. Cuma. Hati kecil Vin yang sulit percaya. Sepertinya mama menyimpan satu rahasia. Ya Sampai sekarang mama belum pernah cerita penyebab kematian papa. Dan di mana kuburan papa. Katakan, Ma! Vin bukan anak kecil lagi. Vin yakin mama lakukan ini demi kebahagiaan Vin. Mama rela berbohong demi Vin. Katakan, Ma!! Mama sayang Vin. Ya kan Ma?" Vin mulai terisak sambil mengguncang bahu mamanya yang hanya diam berdiri mematung. Tanpa disadari, dua titik Kristal bening menetes di pipi wanita itu.

Hening sesaat. Pandangan mama menerawang jauh. Menembus masa lalunya yang pahit. Ekspresi wajahnya menunjukkan kalau ia tak ingin masa lalunya terkuak kembali. Tapi, haruskah ia terus-menerus berbohong? Demi Vin, buah hatinya. Miliknya yang paling berharga. Satu-satunya yang tersisa dari keretakan rumah tangganya. Bagaimanapun Vin berhak tahu.

"Mama pikir, sudah waktunya Vin tahu semuanya," ujar mamanya nyaris tak terdengar. "Ikut mama! Mama akan memperlihatkan sesuatu sama kamu." Tanpa banyak tanya Vin bangkit mengikuti mamanya.

Sebuah lukisan anggrek bulan terpampang di depan mata Vin. Di sudut kirinya nampak foto papa dengan mata teduh dan senyum khasnya. Vin memandangnya tanpa berkedip. Lukisan yang teramat indah dan hidup meski framenya sudah retak di keempat sisinya.

"Hanya ini yang papa tinggalkan sebelum pergi. Lukisan ini dulunya adalah hadiah ulang tahun mama yang ketujuh belas dari papa. Sebenarnya ada dua. Tapi yang satunya ada sama papamu. Lukisan ini begitu berharga buat mama." Sejenak mama terdiam. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya seakan-akan ingin melepas semua ganjalan di dadanya.

"Papa sekarang di mana, Ma?" Tanya Vin hati-hati. Ditatapnya wajah mamanya. Mencoba mencari kejujuran di sana. Namun yang tersisa hanyalah guratan duka menahun. Duka yang selama ini disembunyikan di wajah tulus itu perlahan mulai terkuak.

"Mama nggak tahu. Selama ini mama mengarang skenario kalau papa udah meninggal supaya kamu nggak bertanya terlalu jauh. Mama nggak ingin masa lalu yang menyakitkan itu membayangi keluarga mama. Cukuplah mama memilki kamu. Itu sebabnya mama mengikutkan kamu kursus ini dan itu supaya kelak kamu bisa mandiri. Mental kamu sudah siap menerima kenyataan yang menyakitkan sekalipun. Mama akui kamu butuh figur papa, meski mama telah berusaha menjadi mama sekaligus papa bagi kamu."

"Kalau Vin boleh tahu, kenapa mama pisah sama papa?" kejar Vin. Mamanya menunduk dalam-dalam. Berusaha menggali memori yang telah dikuburnya dalam-dalam.

"Keangkuhan. Ya, waktu itu mama ditawari kerja dari perusahaan berkelas internasional karena mama alumni Universitas terkenal di di jawa timur. Papa nggak setuju. Katanya sepintar apa pun wanita, toh akan kembali juga mengurus rumah tangga." Sekilas mama menelan ludah getir. "Sejak itu, pertengkaran-pertengkaran kecil selalu menjadi warna rumah tangga. Mama nggak nyangka kalau pertengkaran itu berbuntut perpisahan. Seandainya ada yang mau mengalah. Kejadiannya nggak bakal seperti ini. Maafkan mama, Vin! Sebenarnya mama pun sempat berpikir, mungkin ini hanya keputusan emosional, lagipula saat itu mama mengandung kamu. Mama sungguh takut nggak bisa membahagiakan kamu."

"Tapi mama masih mencintainya, kan?" Tanya Vin.

"Mungkin." jawab mama singkat. Terlalu berat baginya memastikan perasaannya saat ini. Meski sadar selama ini dia berusaha menentang kata hatinya.

"Kalau mama masih mencintai papa, kenapa nggak ada niat kembali? Demi Vin, Ma. Demi Vin!! Mama tahu Vin butuh kasih sayang papa."

"Mama ngerti, Vin. Setelah perpisahan itu, mama kembali ke Tuban, mencoba memulai hidup baru. Tapi mama masih berusaha mencari tahu tentang keberadaan papamu. Sejujurnya mama nggak bisa melupakan bayang-bayang papa, apalagi si kecil Dion yang baru berumur 2 tahun."

"Dion???" Tanya Vin penasaran.

"Kakakmu. Waktu itu pengadilan memutuskan Dion ikut papa demi masa depannya. Dion. Oh Dion, Sekarang dia pasti sudah besar. Tapi Dia nggak kenal mamanya mama yang mengandung dan melahirkannya." Desis mama tersendat. Air matanya tak tertahan lagi. Hati Vin trenyuh. Hanyut dalam tangis dan pelukan mamanya. "Sebenarnya mama pernah mencarinya tapi mama kehilangan jejak mereka. Mereka meninggalkan Pekanbaru enam bulan setelah peristiwa itu."

"Udahlah, Ma. Itu bukan salah mama. Vin nggak masalah kok. Justru Vin harus berterima kasih sama mama. Mama terlalu banyak berkorban untuk Vin." Ujar Vin menetralisir gejolak hatinya. "Oya, udah larut malam nih. Vin besok ada ujian kuis. Vin tidur dulu ya!" Vin mengecup pipi mamanya dan beranjak kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin mamanya larut dalam kesedihan yang dalam. Cukuplah, ia sudah tahu semuanya.

Jarum jam menunjukkan Pukul 00.05. Ponsel Vin berdering. Siapa lagi yang menelpon malam-malam kalau bukan Mur.

"Happy Birthday, My dear! " Suara usil Mur dari seberang. Vin terharu. Mur yang paling pertama mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.

"Thanks, Mur. You are the first to say happy birthday to me." Vin tersenyum senang.

"Ooo. Im the first and may be the best." Mur tertawa renyah.

"Anything else?"

"Oya. Besok, sepulang sekolah, kita singgah di rumahku. Aku ada kejutan. Special for you. Aku tunggu di tempat parkir ya. Bye.!!" Telpon diputus tanpa memberi kesempatan Vin bertanya lebih jauh.

Sepuluh menit Vin duduk menunggu. Sosok Mur belum juga nongol. Vin jadi bete. Dalam hati ia menggerutu.

"Hai, My dear. Dari tadi?" entah dari mana datangnya Mur sudah berdiri di sampingnya dengan mimik tanpa dosa.

"Dasar gilingan!! Aku sudah sepuluh menit menunggu. Kemana aja sih?"

"Sorry, Non. Biasa, Asisten Pak Rizal. Habis bantuin beliau bawa peralatan lab."

Detik berikutnya, Feroza violet milik Mur melaju di atas aspal mulus, menembus rinai gerimis siang itu. Sepanjang jalan, vin lebih banyak diam.

"Vin!" tegur Mur memecah kesunyian. "Mungkin ini ultahmu yang pertama sekaligus terakhir yang bisa kita rayakan bersama. Tahun depan papa rencana memboyongku ke Cambridge untuk kuliah di sana. Itu berarti kita nggak ketemu lagi."

"Itu kan kesempatan, Mur. Kapan lagi bisa sekolah di luar negeri. Sebagai teman dekatmu, aku ikut bangga, kok." Ujar Vin datar. Meski hatinya menjerit. Bayangan kehilangan sosok sahabat sejati seperti Mur menggiringnya pada suasana hati yang hampa. Tanpa Mur, tak akan ada lagi yang istimewa. Hari-harinya hambar, tanpa tawa dan canda usil Mur.

"Masalahnya bukan itu, Vin. Aku takut kehilangan kamu." Desis Mur lirih. Vin tersentak. Mur menyadari perubahan air muka Vin. "Maksudku, aku menganggapmu bukan hanya sekedar teman, tetapi juga sebagai adik yang mengisi kekosongan hari-hariku. Papa terlalu sibuk. Di rumah aku nggak punya teman."

"Mama kamu?" Tanya Vin

"Mama?" Mur mengulang pertanyaan vin. "Mama meninggal waktu aku masih kecil." Jawab Mur nelangsa. Vin sedikit menyesal dengan pertanyaannya barusan.

"Sorry, Mur, aku nggak bermaksud membuatmu sedih."

"Nggak apa-apa kok, Vin. Aku justru senang kamu care ama aku. Itulah sebabnya aku berat meninggalkan kamu." Sejenak Mur terdiam seperti kehabisan kata-kata. "Oya, kamu ingin kado istimewa apa untuk ultahmu?" Mur mencoba mengalihkan pembicaraan. Pamdangannya beralih ke wajah imut Vin. Vian menggeleng.

"Aku nggak perlu sesuatu yang istimewa. Ucapan selamat pun udah cukup. Cuman" Vin menggantung kata-katanya.

"Cuma apa?" desak Mur sedikit heran.

"Akh nggak kok." Vin menelan ludah. "Andai kau tahu, Mur. Aku merindukan papa. Kalau saja papa bisa hadir bersamaku, itulah kado paling istimewa. Dan hanya Tuhan yang bisa memberinya. Bukan kamu, Mur. Bukan juga mama. Aku sungguh ingin melihat seperti apa rupa papaku yang asli. Selama ini hanya foto yang bercerita padaku. Itu pun hanya sepenggal. Ya, papa memiliki mata teduh, periang namun tegas. Hanya itu yang bisa diceritakan selembar foto berbingkai di kamarku. Juga lukisan itu. Ya, masih ada satu, Mur. Aku yakin papa orangnya romantis, berjiwa seni dan penyayang. Mungkin jiwa papa seperti aku. Senang melukis dan sedikit melankolik. Lukisan indah di pantai remen itu sedikit banyak juga berbicara tentang papa". Jerit batin Vin.

Selanjutnya Vin hanya membisu hingga perlahan feroza violet itu memasuki pekarangan yang tertata rapi dan natural.

Dengan sedikit ragu, Vin melangkah memasuki ruang tamu yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Di tengah ruangan, di atas meja ada kue tart dengan tulisan "HAPPY BIRTHDAY" berwarna biru berbaur dengan warna merah muda.

"Apa-apaan ini, Mur?" Vin surprise. Keharuan menyeruak ke dalam hatinya. Mur hanya tersenyum.

"Special for you. Kita rayain berdua ya? Ayo, sini tiup lilinnya." Ajak Mur sambil menarik tangan Vin. Vin menurut. Namun langkahnya tiba-tiba berhenti.

Vin terbelalak ketika tatapannya terbentur pada sebuah lukisan anggrek bulan yang terpampang jelas di dinding ruang tamu. Tanpa pikir panjang dia berlari mendekati lukisan itu. Di sudut kiri lukisan itu ada foto papanya. Persis sama dengan lukisan di kamar mama. Ditatapnya sekali lagi tanpa berkedip. Tidak salah lagi. Dia baru sadar, ternyata mata teduh itu, Oh Mata teduh itu juga milik Mur.

"Itu lukisan dan foto papa. Kado ultahku yang ketujuh belas dari papa. Kalau kamu suka, ambillah!" Mur tiba-tiba berdiri di belakang Vin. Vin menoleh, Detik berikutnya ia menghambur kedalam pelukan Mur yang masih terbengong-bengong.

"Kakak Diooooon!!!!!!"

https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
pantai remen tuban

https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
pantai remen tuban

https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
pantai remen tuban

http://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com/
pantai remen tuban

http://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com/
pantai remen tuban

http://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com/
pantai remen tuban

Dan ternyata tanpa di sadari tanpa di duga Mur yang selama ini di kenal Vin sebagai kakak kelas sekaligus ketua Osis di sekolahnya adalah kakak kandung yang terpisah oleh keadaan orang tua yg bercerai pada saat mereka masih kecil dulu. Lukisan indah di pantai remen adalah hanya sebuah fiksi.

cerita ini hanya sarana saya untuk mengenalkan pariwisata di daerah tuban, dan aku sebagai salah satu warga tuban biarpun secara tidak langsung ingin memperkenalkan obyek pariwisata di daerah ini supaya di kenal dunia. Pemda tuban yang membidangi pariwisata sudah mulai menggalakan promosi besar besara akan potensi  wisata alam ini. Sampai di sini salam santun.

Kamis, 13 Agustus 2015

Cerita Cinta Masa Remaja




 
https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
Cerita Cinta Masa Remaja
https://kisahceritacintaseptyasavindra.blogspot.com
Cerita cinta masa remaja kadang kala kita masih bertanya tanya, Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan. Karana pada masa ini anak-anak banyak mengalami perubahan pada fisik dan fsikisnya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan keningungan dikalangan remaja sehingga oleh orang barat disebut sebagai periode sturum und drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma agama dan susial yang berlaku dimasyarakat. Dan kali ini aku akan membawa cerita soal remaja cinta, yaa cinta adalah hal yang tak jauh dari kehidupan remaja,.. ehehhee  come.


Aku,hari itu buat yang pertama kalinya aku mengikuti MOS(masa orientasi siswa) di sebuah SMA swasta.hari itu aku menjadi bulan – bulanan para kakak kelas yang menjadi panitia MOS, “siapa yang bernama Septya Putry Savindra?"Tanya doni(panitia MOS) itu nama ku,kenapa dia memanggil nama ku,seraya terkejut aku pun menunjukan jariku “y,saya."jawab ku takut."sekarang kamu tolong carikan nama Ari di semua kelas",apa aku harus mencari seorang Ari yang sama sekali aku tak tau seperti apa rupanya,"aku????"jawab ku heran,"iya kamu,emang ada orang lain yang memiliki nama Septya putry savindra selain kamu?’jawab Doni,"iy,baiklah"aku pun berjalan keluar,satu persatu ku masuki semua kelas dan tiap kelas itu juga aku harus memperkenalkan diri dan menanyakan ada tidak pria yang bernama Ari,dihari itu juga aku mendapatkan setangkai bunga dari seorang kakak kelas XI dia bernama andi abdul azis, kebetulan aku punya genx terdiri dari dini,tika rachma dan aku sendiri,dia sering sekali mengajak makan aku beserta teman-teman ku,satu minggu dia telah menunjukan kebaikannya kepada ku akhirnya dia mengungkapkan cintanya,"Vin,kamu mau jadi pacarku?"wach,aku binggung aku harus menjawab apa,sedangkan dia sudah baik dan selalu mencari perhatian ku,apa kata semua orang jika aku menolaknya,terserah cinta gx cinta akhirnya"iya,kita jalani ja",satu minggu aku bersamanya akhirnya memang hubungan tug x bisa aku paksakan buat terus berlanjut karenaku tidak cinta,’kak,kita putus aja y?","kenapa dek,kakak dach terlanjur sayang ma kamu?","maaf kak adx gx bz jalani ini,tolong hargai keputusan adx","y udah kalo’ tu mw adx".akhirnya aku bias mengucapkan putus padanya.

Pelantikan siswa baru sekolah ku mengadakan kemah dan jelajah alam terbuka selama 2 hari satu malam,pagi itu aku diantar papa ku,papa ku meminta izin kepada guruku bahwa aku tidak bisa menginap bersama teman – teman,hari itu permainan dimulai disitu seorang pria bernama ferdian permana putra,dia anak kelas X3,disitu dia perhatian,baik sekali,"Vin, hati - hati, awas ada Lumpur",aku hanya menoleh melihatnya dan tersenyum,sorenya aku di jemput oleh papaku untuk pulang,besok paginya aku diantar kembali kelokasi perkemahan,ternyata banyak sekali cerita – cerita yang diceritakan temanku kepadaku,cerita ferdian mencari tau tentang diri ku kepada andi(mantan pacarku)andi mengatakan kepada fedian aku adalah wanita yang baik,teman – teman ku juga mengatakan hari ini ferdian pasti mengatakan cintanya kepada ku,yach benar sekali sore itu kami siap-siap untuk pulang tetapi untuk acara terkahir kami membentuk lingkaran disebuah lapangan dan memainkan gitar,bernyanyi.ferdian yang berada diseberang mulai pelan-pelan merapat didekatku,kebetulan dingin ferdian memberikun jaket miliknya,aku sempat menolak tetapi akhirnya aku memakai jaket miliknya,disaat itu juga didapan teman-teman dia berkata"Vin,kamu mw gx jadi pacarku"Tanyanya,wach..untuk yang kedua kalinya aku terjebak disituasi yang begitu membingungkan,diseberang sana banyak panitia perkemahan dan para guru berteriak “terima" ada yang mengatakan “tolak"binggung bagaimana perasaan dia jika aku menolaknya,apa lagi teman-temanku selalu bilang aku harus menerimanya karena dia baik,dan akhirnya aku pun menerimanya,setiap pulang sekolah aku diantar dan setiap malam minggu dia kerumahku,dia baik sekali,tapi akhinya 1 ½ bulan kami pacaran dia memutuskan aku,pada saat itu aku menangis entah apa sebabnya,aku tak tau.

pada saat itu genx ku berganti dan bertambah personil menjadi sebelas orang,diantara teman-teman se-genx ku lenci paling dekat dengan ku,dialah yang menghiburku pada saat aku putus dengan ferdian,bulan itu bulan puasa,aku dan teman-teman ku mengikuti acara buka bersama dirumah mbak eka kakak kelasku,pada saat itu aku pergi dengan abang aries(dia pria yang juga pernah menyatakan cinta,tapi aku anggap kakak ku)disitu ada ferdian, teman-teman dan kakak kelas ku selalu buat aku dan ferdian serba salah.jam 9 malam kami pulang kerumah masing-masing kebetulan pepy teman satu genx ku menginap dirumahku,paginya aku mengantar pepy ke kos-kosannya tapi sebelum aku mengantarnya kami berdua mampir kekos-kosan teman se-genx ku lenci,kami bertiga pergi ke kos-kosan pepy tetapi sebelum ke kos-kosan kami nongkrong didepan sekolah kami,kebetulan kos-kosan pepy ada di dekat sekolahku,siang menjelang sore itu lenci sms pacarnya Ari(pria yang namanya ku cari dulu)dan sms danu(teman Ari  sahabat dekatnya ferdian)kami foto-foto,kebetulan dekat sekolah ku ada tempat pencucian foto pepy mencuci foto _ foto itu,hari semakin sore aku binggung aku pulang dengan siapa sedangkan lenci jelas-jelas pulang dengan Ari,aku????ternyata dani mengantar aku pulang,sejak itu dani mulai mendekati ku,hampir tiap malam dia kerumah ku dan akhirnya malam itu dia datang dengan Ari,dan mengucapkan perasaannya,aku sejenak berfikir dia adalah sahabat ferdian mungkin kah aku harus menerimanya?,tetapi malam itu juga aku berkata “iy...",beberapa minggu kami menjalani hubungan itu pepy baru bercerita kalau ferdian masih mencintaiku dan pepy juga bilang ferdian ngomong putus itu karena dipropokatori oleh sahabat-sahabatnya dani dan yuni,aku sekarang tak peduli karena aku sudah menjalin hubungan dengan dani,ingat pada saat itu dani sering memanggil aku dengan kata “yank..",tetapi karena kurang komunikasi yang cukup dan puncaknya pada saat itu aku tidak memiliki pulsa sering sekali aku tidak membalas sms darinya akhirnya dia pun sms “sms gx pernh dibls,janjian gx jelas buat orang jengkel !"akhirnya 2 ½ bulan kami pacaran dani sms yang isinya dia ingin mengakhiri hubungan ini,pada saat itu perasaan ku begitu terpukul karena ciuman pertama ku lakukan padanya,kata teman ku dia mengatakan itu karena dia tau aku memiliki pacar baru,padahal itu semua tidak benar,secara bersamaan Ari juga memutuskan hubungannya dengan lenci,pada saat itu lenci tidak menerima itu semua,tapi karena kami senasib kami sama-sama mencoba menjalani semua itu.

“Vin,Ari ngajak balikan,gmn?"Tanya lenci,"y,alo lu masih cinta knp gx?",tapi mereka tidak balikan,melainkan lenci mendengar bahwa Ari telah memiliki pacar yang bernama hestia dia anak kelas XI SMA negri di kotaku,pada saat itu aku menjadi cewek misterius yang selalu sms Ari,aku selalu menjadi wanita positif buat Ari,Ari mencari sesosok aku,yang begitu mengetahui apa yang dia lakukan.pada akhirnya aku mengakui bahwa aku adalah Vivin,pagi itu dia mengajak ku lari pagi di taman kota,disitu juga ada megi(anak kelas XI0teman Ari,setelah berbincang-bincang dan lari pagi aku pun diantar Ari pulang diatas motor Ari mengatakan"sebenarnya kakak gx setuju dulu kamu jadian ma dani",aku tediam.Ari adalah seorang vokalis grup band yang cukup terkenal disekolah ku,dani menjadi gitaris diband tersebut,disekolahku Ari kelas XII,pada tanggal 20 maret didepan sekolahku,"dek,kamu mw gx jadi someone in my heart?",aku terdiam,"dulu sebelum kakak tau kalo’ ce misterius tu kamu,kakak selalu berdoa Y Allah jika ia terbaik bagin ku tolong pertemukan ku dengannya.",sejenak aku berfikir"trus,gmn dengan perasaan lenci?","pelan-pelan kita jelasin smua nya dengannya,kembali diintinya kamu mau gx jadi someone in my heart?","kak,adx butuh waktu".keesokan harinya aku memberanikan diri menceritakan semuanya kepada lenci,"Vin,kamu terima ja kak Ari,daripada dia gx enak ma kita berdua,?"akhirnya aku pun menerima kak Ari,aku tiap pulang selalu diantar oleh Ary,"dek,tunggu kakak,jangan pulang duluan!."dia selalu sms seperti itu.

Setiap aku ingin pulang dengan Ari aku selalu bilang dengan lenci bahwa aku dijemput dengan saudaraku karena aku takut ia kecewa dengan itu.sempat Ari berceritadengan dani kalau pada saat ini dia sedang dekat dengn seorang cewek,karena penasaran sempat dani memaksa meminjam HP Ari tetapi Ari melarang"ntar juga lu tau dan.","cp cie Arr,parah lu?".lama kelamaan semua orang sesekolahku mengetahui kalau aku pacar baru Ari,mereka kakak kelas dan teman-teman ku pasti heran,karena Ari adalah sahabat dekatku,mengapa bisa terjadi pacar lenci jadi pacar ku,masalah itu yang selalu aku takuti,karena mereka tak tau apa yang telah terjadi tidak seburuk apa yang mereka lihat,setelah satu bulan aku pacaran dengan Ari..

Lenci dan teman-teman se-genx ku bersikap aneh dengan ku,lenci mengatakan kepada semua orang bahwa aku TMT(teman makan teman)padahalkan dia yang bilang aku harus menerima Ari,masalah datang dari semua itu,aku dituduh perebut pacar orang. Aku dijauhi oleh semua teman-teman ku.Sampai-sampai kak Arri ingin dilempar batu oleh salah satu teman se-genx ku,pada saat itu aku menangis,kenapa semua ini terjadi.akhirnya aku,kak Ari,lenci berkumpul dikantin sekolahku,Ari menjelaskan semuanya,"lu len,lu cuman sekedar mantan pacar gue,pacar w skrang Vivin,gx da siapa yang ngerebut siapa?,cz lu sekedar mantan w,lu ngerti."akhirnya lenci berhenti mengumbar-umbar kalau aku telah merebut pacarnya,tetapi persahabatan ku dengan dia dan teman-teman ku yang lainnya putus tak ada kumpul-kumpul dan nge-dance bareng.

Aku,pada saat itu aku berfikir AKU PIALA BERGULIR,karena dari ferdian,dani,Ari mereka kenal dekat,tetapi aku coba tepis smua itu biarkan orang berkata,ini kehidupanku.memutuskan untuk kuliah diluar daerah akhirnya mau tak mau aku bertemu dengan Akhirnya aku pacaran dengan Ary hamper satu tahun,setelah lulus SMA Ary Ary setiap sabtu-minggu karena hari itu lah ia pulang dan libur,setiap ingin kembali lagi ia selalu menyempatkan buat bertemu denganku untuk sekedar berpamitan,memberikan ciuman dikeningku,awal terjadi konflik HP Ary mengirim sms ke HP ku yang berisi bahwa Ary janjian dengan seorang gadis disebuah taman dikota tempat Ary berkuliah,spontant aku marah dan mengucapkan putus tetapi pada saat itu jerry beralasan bahwa yang sms bukan lah dirinya melainkan temannya agar aku marah pdanya,tetapi pada saat itu aku bersikukuh untuk memutuskannya,tetapi entah kenapa kami tidak jadi putus.puncaknya pada saat ulang tahun lenci,aku berinisiatif buat mengucapkan selamat ulang tahun buatnya.akhirnya hubungan kami lumayan baik kembali,pada saat itu Arry tidak smsan dengan ku,disekolah lenci berkata"re,Ary sakit y?""wach..w gx tw tu len,mank lu kata cp?"kataku heran"y tadi w cmzan ma dia,katanya dia sakit,lu mw jenguk dia gx cz biz pulang skul w mw jenguk dia.""och..,ntr j len lu duluan j."kata w rada kecewa. Pada saat itu juga aku sms Arry dan menanyakan apa benar dirinya sakit,Ary pun mengatakan bahwa dirinya memang sakit.pada saat itu aku pun marah sekali mengapa aku yang jelas-jelas kekasihnya tidak diberitahu tetapi lenci???dirinya mengetahui bahwa Ary sakit,akuu pun mengucapkan putus untuk yang kesekian kalinya,akhirnya “alo tu mw adx,fine kita putus".akhirnya putus padahal tanggal 20 february kami genap setahun,tetapi semuanya berlalu,aku dan dirinya tidak pernah berhubungan lagi walaupun lewat sms. pada saat ulang tahunku teman-temanku mengucapkan pada malam ulang tahunku,aku kira Ary tidak mengucapkan selat ul-tah tetapi dia mengucapkan pada paginya,"dex met ul-tah y,maaf semalem sebenernya mw ucapin tapi gx enak j".berawal dari itu kami sering smsan aku sempat bertanya sebenarnya perasaannya kepadaku gimana?dia mengatakan sampai saat ini belum ada yang menggantikan aku dan dia selalu ingat hari-hari yang dilewati dirinya dengan aku,ku memberanikan diri mengatakan “maaf kak,mpe sini j,thanx for all."nomor HPnya aku hapus agar aku cepat melupakan dia,tetapi tidak dipungkiri aku hafal nomornya,sampai saat ini sebenarnya aku ingin sekali bertemu dan berhubungan dengannya,jangan salah faham aku hanya sekedar ingin mengetahui bagaimana keadaannya dan sekedar berhubungan baik saja.sampai saat ini aku merasakan tidak ada cinta buat siapa saja,meski aku mencoba menjalin hubungan dengan yang lain tetapi memang tak da cinta dan akhirnya keJENUHAN.

#Jodoh adalah misteri yang tak akan ada ujungnya. Tidak jarang orang terjebak dalam kegalauan tak bertepi karena masalah pendamping hidup ini. Memang wajar sih, siapa orangnya yang nggak mau menemukan dia yang dengan nyaman berjalan di sisi dan menemani hingga tua? Seiring sejalan saling bias berbagi suka maupun duka hingga akhir hayat itulah yang mungkin di namakan jodoh.

Pertanyaannya, gimana kita bisa tahu kalau dia jodoh kita?